PJI dan citibank inisiasi gerakan cerdas finansial sejak dini
“Children are Great
Imitators, so give them something Great to imitate”
-Anonymous-
Prestasi junior dan citibank inisiasi gerakan cerdas finansial sejak dini menuju masa depan bangsa yang lebih baik
Anak merupakan ‘harta’ yang tak akan terputus
oleh perubahan jaman bahkan kematian. Karena tidak akan pernah ada yang namanya
mantan anak.
Dan yang namanya ‘harta’, pasti dong bakalan
kita jaga dengan sebaik-baiknya.
Bicara soal menjaga anak, juga bukan perkara
sepele.
Bukan sekedar urusan menjaga agar mereka tidak terjatuh secara fisik, namun lebih dari itu, menjaga masa depannya merupakan kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Nggak mau kan, anak-anak yang kita cintai berkesusahan di kemudian hari?
Bukan sekedar urusan menjaga agar mereka tidak terjatuh secara fisik, namun lebih dari itu, menjaga masa depannya merupakan kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai orang tua.
Nggak mau kan, anak-anak yang kita cintai berkesusahan di kemudian hari?
*amit-amit jangan sampai.
Tapi nih ya, sebagai orang tua, sudah tepat belum sih kita dalam membekali pengetahuan untuk anak-anak kita?
Hmmm,
Kalau saya pribadi sih, jujur merasa jauh
dari kata ‘benar’ dalam mendidik anak-anak saya. Apalagi anak sulung saya nih, yang suka banget main game sampai berjam-jam.
Duhh, asli saya kuwalahan.
Tak bisa dipungkiri, kemasyuran teknologi digital membawa dampak positif
dalam kehidupan milenial. Tidak hanya memberikan kemudahan dalam urusan
komunikasi saja, akan tetapi juga mencangkup banyak hal yang dapat mempermudah
mobilitas manusia.
Sayangnya, kemajuan teknologi gadget juga dapat membentuk budaya
konsumtif tanpa kita sadari.
Memang, di era Industri 4,0 saat ini, kehadiran dunia virtual turut andil
dalam pertumbuhan perusahaan Start-up serta membantu pebisnis
menengah kebawah dalam perluasan marketnya.
Atau barangkali bunda salah satu pebisnis tersebut?
Namun, dengan hadirnya lapak-lapak online beserta sederet informasi yang
mereka suguhkan, tentu juga memicu gairah berbelanja kita.
Yang mana, ternyata mampu menghasilkan duplikat perilaku doyan belanja terhadap
anak-anak kita juga.
Wah, gimana nih Bunda?
Beruntungnya, senin 15 april kemarin saya beserta beberapa teman-teman
Blogger di Bali berkesempatan hadir dalam Parenting Talkshow bertajuk “Cerdas
Finansial di Era Digital” bareng Prestasi Junior Indonesia dan Citi PeKa.
Apa sih Cerdas Finansial itu, Bunda?
Yuk mari saya bisikin, baca sampai akhir ya…
Citi Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia Sebagai Penggagas Program Digital Financial Literacy for Children
Citi Indonesia, atau yang kita kenal dengan Citibank, melalui Citi PeKa
(Peduli dan Berkarya) dibawah naungan Citi Foundation berkomitmen untuk
mendorong literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
Hadir ibu Elvera N. Makki selaku Director,
Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia mengutarakan perhatian
besar Citibank dalam membangun komunitas yang berkembang dan memiliki
kapasitas keuangan yang baik serta berkelanjutan demi tercapainya kesejahteraan
finansial.
Dalam program literasi finansial ini, Citi Indonesia menggandeng Prestasi Junior Indonesia (PJI) untuk mengimplemenasikannya melalui program Digital Financial Literacy for Children bagi siswa sekolah dasar kelas 3, 4 dan 5 di 5 kota besar Indonesia.
Dimana salah satunya adalah SD Negeri 18
Pemecutan Denpasar.
Melalui program literasi keuangan berbasis
digital ini, anak-anak dapat belajar tentang konsep dasar keuangan dengan
pendekatan interaktif yang aman, komprehensif dan tentunya menyenangkan.
Kan belajarnya pakai gadget, seneng dong
anak-anak pastinya, yakhan?
Dengan kegiatan ini, diharapkan akan
melahirkan ribuan generasi muda yang cerdas finansial sejak dini.
Sebagai langkah optimalisasi program literasi
tersebut, Citi PeKa dan PJI mengajak 100 orang tua siswa beserta segenap
guru pengajar di SD Negeri 18 Pemecutan Denpasar untuk memperoleh edukasi
seputar pentingnya mengajarkan pengelolaan uang kepada anak sejak dini dalam Parenting Talkshow bertajuk “Cerdas Finansial di era Digital”.
Mengingat ya, paparan budaya konsumtif
melalui teknologi tak dapat kita cegah.
Harapannya, edukasi ini dapat membangun
kesadaran orang tua dan guru akan pentingnya membangun karakter dan budaya
kelola uang yang baik kepada anak dengan bentuk teladan di rumah maupun di sekolah.
Sehingga orang tua dapat bersinergi dan turut serta mendukung
suksesnya upaya pemerintah dalam menggalakkan Strategi Nasional Keuangan
Inklusif (SNKI).
Prestasi Junior Indonesia
Sebelum dimulainya parenting Talkshow, Mr.
Robert Gardiner selaku Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia
menyampaikan,
usia anak merupakan momen tumbuh kembang yang di dalamnya penting untuk ditanamkan nilai-nilai dasar finansial
Dalam kesempatan ini, Mr Robert juga menerangkan bahwa anak-anak perlu dibekali pemahaman bahwa uang diperoleh melalui kegiatan usaha atau bekerja.
Sehingga pada mereka harus ditanamkan sikap cermat
dalam mengelola uang saku yang diberikan dengan menyisihkan sebagiannya.
Sejak tahun 2017, Program Digital
Financial Literacy for Children ini telah menjangkau 8.655 siswa-siswi dari
31 sekolah dasar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Denpasar.
Beliau pun berharap, kemitraan antara PJI dan
Citibank ini dapat memberikan manfaat kepada lebih banyak anak Indonesia di
masa mendatang.
Dalam praktek program Digital Finansial
Literacy for Children ini juga, para siswa di kelas telah diberikan
pembelajaran tentang:
- Pengetahuan mengenai pentingnya menabung,
- Memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan,
- Mengenali metode pembayaran yang tersedia di pasar, yakni; tunai, kredit dan debit.
- Serta mempelajari pengetahuan kewirausahaan tingkat dasar dengan cara yang menyenangkan dan interaktif melalui gawai.
Pembelajaran ini didampingi pula oleh
beberapa bankir muda yang tergabung dalam Citi Volunteers untuk membantu
menyelesaikan tiga modul kegiatan yang bertema “Keluarga Kami”, “Daerah Kami”,
dan “Kota Kami”.
Modul-modul tersebut telah diselaraskan
dengan kurikulum pendidikan Nasional Indonesia yang di dalamnya termasuk konten
kegiatan yang berkaitan dengan perbankan, bisnis, karir, komunikasi, pembangunan
ekonomi serta hal-hal seputar kegiatan ekonomi.
Oiya,
Pasti ada Bunda yang bertanya-tanya nih, apa
dan siapa sih Prestasi Junior Indonesia atau PJI itu?
Hmm, well…
Saya jelasin secara singkat saja ya, dear.
Prestasi Junior Indonesia (PJI) adalah anggota organisasi non-profit terbesar di dunia, JA Worldwide, yang sudah 100 tahun turut membekali generasi muda dengan sistem pembelajaran dan pengalaman langsung yang berfokus pada kewirausahaan, kesiapan kerja, serta literasi keuangan.
Sepanjang tahun 2018 lalu, PJI telah
memberikan manfaat kepada lebih dari 47 ribu siswa di 25 wilayah Indonesia
melalui kemitraan inovatif antara komunitas bisnis, pengajar dan relawan, yang salah satunya adalah Citi Indonesia.
Info selengkapnya mengenai Prestasi Junior Indonesia silahkan kunjungi:
Website: www.prestasijunior.org
Instagram:
@prestasijunior
Facebook: www.facebook.com/prestasijuniorID
Cerdas Finansial di Era Digital
Nah, akhirnya sesi Parenting Talkshow pun
dimulai.
Dalam Parenting Talkshow yang digelar
di aula SD Negeri 18 Pemecutan Denpasar ini, hadir seorang Psikolog Anak dan
Keluarga yang sudah wara-wiri di layar televisi yaitu ibu Roslina Verauli M.Psi.,Psi.
Hmm, jarang-jarang kan bisa dapet ilmu plus
konsultasi gratis gini. Ehhe~
Dalam acara yang berdurasi kurang lebih 2 jam
tersebut, ibu Verauli menjelaskan tentang bagaimana cara memperkenalkan uang (Money
Literacy) kepada anak sesuai dengan tahapan usianya.
Bahasan yang menarik, bukan?
By the way Bunda,
Pernah ngalamin nggak, pas kita belanja, anak
minta beli macem-macem karena dipikirnya bayarnya cukup dengan menggesekkan kartu
ATM saja?
atau mereka berpikiran belanja ini-itu cukup
pencet-pencet melalui henpon?
Hehe,,,
Sulung saya, dulu mikirnya bahwa dengan
menggesekkan kartu ATM di kasir atau mesin ATM, kita sudah bisa bayar belanjaan
atau dapat uang cash.
Dia nggak tahu darimana asalnya uang
tersebut, dia tahunya kartu ATM bisa bayar dan ngeluarin uang, udah gitu aja.
Di era Cashless seperti sekarang, hal ini memang menjadi balada tersendiri bagi para orang tua masa kini yang kegiatan payment nya sering menggunakan non-tunai.
Di era Cashless seperti sekarang, hal ini memang menjadi balada tersendiri bagi para orang tua masa kini yang kegiatan payment nya sering menggunakan non-tunai.
Nah menurut ibu Verauli, kita perlu tuh
memperkenalkan kepada anak tentang uang sedari dini.
Tapi…
Harus sesuai dengan tahapan usianya ya Bunda.
Usia 2-3 tahun
Pada usia ini, anak-anak belum paham tentang nilai
nominal uang. Mereka hanya tahu bentuk uang logam dan kertas, atau uang kertas dengan
beragam warna.
Dimana asumsinya, mana warna yang mereka
sukai atau bentuk uang mana yang bisa dimasukan dalam lubang celengan.
Etapi, bayi dua tahun saya selalu suka milih
warna biru lho daripada warna coklat. Duhh ya mak, anak jaman now.
Saya yakin sih bukan karena dia sudah
mengerti nilainya, melainkan mungkin karena dia melihat saya sering menyimpan
rapi uang berwarna biru itu, jadi anggapannya uang berwarna biru adalah uang
yang bagus.
Haha, bravo nak!
Pada tahap usia ini, ajaklah anak belajar
bermain jual-beli, main pura-puraan gitu. Dan latihlah mereka untuk belajar
memilih serta membuat keputusan.
Sepele, tapi dampak longterm nya itu banyak
lho Bunda.
Ada nggak, yang anaknya suka bilang “enggak
tahu” kalau disuruh memilih?
Atau,
Saat ditawarin sesuatu oleh orang lain, akan
langsung menengok ke kita seolah-olah takut atau bingung harus memilih yang mana.
Hmmm,
bisa jadi karena kita selalu ‘memilihkan’, sehingga dia tidak terbiasa mengambil keputusan.
bisa jadi karena kita selalu ‘memilihkan’, sehingga dia tidak terbiasa mengambil keputusan.
Nah Bunda cantik semua, yuk mulai sekarang ajak
baby berlatih memilih bajunya sendiri.
Usia 4-5 tahun
Di usia 4-5 tahun, anak mulai bisa memahami
bahwa uang memiliki nilai tukar dan nominal. Artinya mereka paham uang yang digunakan untuk berbelanja bisa kurang, bisa juga ada lebihnya.
Pada tahap ini Bunda boleh nih melibatkan anak saat menyerahkan
kupon ke kasir, atau menyerahkan uang saat belanja di warung kelontong, atau
menerima uang kembalian.
Money Literacy pada anak usia Sekolah Dasar
Usia 6-8 tahun
Saat anak mulai memasuki jenjang sekolah
dasar, tentunya anak sudah mengenal uang saku, kan?
Ajarkan anak untuk dapat membagi uang
sakunya, misalnya untuk belanja, menabung, sumbangan dll.
Yang jaman kecilnya nggak pernah diajak ke
Bank siapa hayo????
*saya saya saya
Yang jaman kecilnya nggak pernah
didisiplinkan untuk menabung di celengan siapa hayo???
*saya juga
Hehe…
Ini bukan contoh yang baik ya Mommies, jangan
ditiru.
Nah, mulai sekarang, mari kita mengajarkan
anak-anak kita untuk gemar menabung.
Bisa dengan memasukkan ke dalam celengan.
Lebih bagus lagi kalau mengajak dan
membiasakan anak menabung ke Bank.
Bank Indonesia dalam hal ini juga telah mengajak seluruh
Bank BUMN maupun Swasta untuk membuka layanan produk Tabungan bebas biaya
administrasi untuk anak-anak dan pelajar sebagai bentuk dukungan Money Literacy
kepada anak-anak, lho.
Kalau buku tabungannya tertulis nama si anak,
pasti seneng deh mereka.
Dari sini juga, anak mulai bisa memahami
bahwa kartu ATM harus diisi dengan menyetor uang melalui rekening tabungan terlebih dahulu.
Usia 9-12 tahun
Memasuki usia 9 tahun, anak sudah bisa nih
diajarin membandingkan atau memilih belanja yang sesuai. Pada usia ini juga,
anak sudah bisa melakukan pencatatan dan pertanggung jawaban dalam mengelola
uangnya.
Misalnya, dengan memberi uang saku kepada
anak seminggu sekali. Biarkan anak mengelola dan mengatur keuangannya sendiri
secara mandiri.
Namun dari semua rentetan penjelasan ibu
Verauli, hal yang paling saya garis bawahi dan cukup membuat saya tepok jidat
adalah,
Biasakan anak menabung sebagai bentuk investasi, dan bukan menabung untuk membeli atau konsumsi barang yang lebih mahal.
Kenapa?
Tentu saja dampaknya akan membuat anak
semakin konsumtif.
Duhh ya, saya sering nih ngajarin anak saya ngumpulin uang buat beli ini itu yang tidak sanggup saya belikan.
hmmm, gimana tuh ya?
Anyway...
Setelah membeberkan penjelasan dengan contoh-contoh masalah umum yang sering muncul, ibu Verauli kemudian mengajak 2 orang audiens untuk praktek simulasi penerapan Money Literacy pada anak usia Prasekolah maupun usia Sekolah Dasar.
Suasana yang tadinya masih sedikit kaku, menjadi lebih rileks dengan adanya mini games ini. Efeknya, para audiens menjadi punya gambaran materi yang telah disampaikan ibu Verauli sebelumnya.
Sebagai penutup, ibu Verauli juga
mengingatkan.
Kebahagiaan seseorang bukan dinilai dari berapa uang yang bisa dihasilkan, tapi bagaimana mensyukuri dan mengatur keuangannya secara tepat dan bijaksana.
Gimana Bunda, mumpung belum terlambat, yukkk ajarkan anak cerdas finansial sejak dini, agar kelak mereka lebih siap menghadapi globalisasi market dengan segala perkembangannya.
Anyyeong,
Menyenangkan bangeeett bisa datang ke acara ini ya mba
Banyak ilmu bertebaran, seputar finansial, juga tentang parenting dari psikolog paporit akuuuu
https://bukanbocahbiasa(dot)com
Iya mba seneng banget dpt banyak ilmu baru,,, thx kunjungannya ya,,, nanti saya kunjung balik :)
Baru tahu mbak tentang money literacy...bagus programnya.
Thanks ya mbak, ulasannya menarik
sama2 mba, makasih udah mampir
ini fix bener banget, mengajarkan anak soal finansial sejak dini membuat anak lebih aware soal kondisi keuangan. saya ingat ibu saya sudah mengajarkan untuk memegang uang sejak kecil meskipun pada masa itu semua orang bilang "nggak bagus anak-anak ngerti soal uang" tapi kenyataannya saat saya dewasa saya jadi lebih aware soal kondisi keuangan keluarga, cara berhemat dan cara menabung. menabung pun tidak sulit karena sudah terbiasa sejak kecil
iya mba bener, menabung memang harus dibiasakan sejak kecil.