Review Kdrama It's Okay to not be Okay - Ambil Pesan Moralnya
Review Kdrama It's Okay to not be Okay
Kdrama It's okay to not be okay sempat ramai jadi perbincangan karena Kim So Hyun comeback sebagai lead-male di serial drama korea ini, apalagi pas Seo Ye-ji sang lead-female memakai setelan berwarna baby pink yang menyuguhkan seberapa kecilnya ukuran pinggangnya itu.
Duhh, auto ngempet nahan napas mamak.
Pun saat drama ini sudah kelar tayang ongoing di negara asalnya sonoh, hebohnya masih hangat. Kebetulan aku juga nontonnya nunggu kelar, biar bisa langsung maraton. Karena menunggu kamu saja sudah sangat melelahkan beb, apalagi jika masih harus menunggu drama ini kelar. Hayati lelah!
Drama yang mengangkat isu kesehatan mental ini memang cukup menyita perhatian. Meski tak sedikit pula yang berkomentar ini drama buruk. Buatku, drama ini tetap cantik meski agak setengah horror.
Iya, horror!
Karena yu know lah ya, aku bukan pecinta drama horor.
Buatku yang bukan penyuka genre horror dan psikopat, segini aja sudah cukup bikin “gemesh” gaes.
Meski kisah-kisah mental illness akibat kurang kasih sayang di masa kecil serupa sudah banyak diangkat, namun drama "it’s okay not to be okay" ini dikemas cukup unik dengan pengantar dongengnya.
Buatku yang bukan penyuka genre horror dan psikopat, segini aja sudah cukup bikin “gemesh” gaes.
Meski kisah-kisah mental illness akibat kurang kasih sayang di masa kecil serupa sudah banyak diangkat, namun drama "it’s okay not to be okay" ini dikemas cukup unik dengan pengantar dongengnya.
Karakter yang disuguhkan pun beragam berdasar latar belakang dan sudut pandang dari sisi karakter itu sendiri. Sadar atau tidak, di sekeliling kita pun masih banyak lho terjadi hal-hal demikian. Ya meskipun mungkin tidak “seganas” dalam kisah ini.
___________
Baca juga:
Sinopsis
Episode pertama dibuka dengan dongeng yang mengisahkan seorang gadis kecil yang terkucilkan karena selalu dihantui monster di balik punggungnya. Sementara seorang anak lelaki yang kemudian mencintainya pun pergi karena ketakutan.Dongeng ini adalah kisah masa kecil sang penulis dongeng tersebut yang tak lain adalah Ko Moon-young, tokoh utama wanita.
Ko Moon-young adalah seorang penulis dongeng yang sangat terkenal, hampir seluruh karyanya merupakan best-seller. Namun siapa sangka, penulis dongeng yang seharusnya berkarakter lemah lembut dan penyayang terhadap anak-anak, justru memiliki tabiat kasar dan anti sosial.
Ko Moon-young adalah seorang penulis dongeng yang sangat terkenal, hampir seluruh karyanya merupakan best-seller. Namun siapa sangka, penulis dongeng yang seharusnya berkarakter lemah lembut dan penyayang terhadap anak-anak, justru memiliki tabiat kasar dan anti sosial.
Sikapnya yang terbilang nyleneh ini membuat CEO penerbit buku karyanya selalu mengalami kerepotan dalam menghandle kekacauan yang dibuatnya.
Karakter kuat nan nyentrik dan nyleneh Ko Moon-young ini diperankan oleh Seo Ye-ji dengan sangat apik. Lingkar pinggangnya yang sangat kecil itu begitu anggun mengenakan setelan-setelan bergaya klasik ala bangsawan kolonial, yang tentunya sudah tersentuh modernisasi ala Korea selatan. Tahu kan ya, kalo Korsel sekarang menjadi trend center fashion dunia.
contoh outfit nyentrik Ko Moon-young |
Sementara aktor ganteng Kim So-Hyun yang memerankan lead-male sebagai Moon Gang-tae, adalah sosok yang tak memiliki ekspresi dalam rautnya. Dikisahkan, dia adalah seorang adik dari dua bersaudara yang malangnya memiliki kakak autisme. Di masa kecilnya, Moon Gang-tae merasa diacuhkan oleh ibunya yang selalu lebih perhatian terhadap kakaknya Moon Sang-tae yang memiliki keterbatasan mental. Ia dituntut untuk bisa mengayomi kakaknya sampai tua nanti.
Namun sayang, ibu yang merupakan orang tua satu-satunya itu meninggal akibat dibunuh. Mau tidak mau, Moon Gang-tae harus tumbuh dewasa lebih cepat dari seharusnya. Ia tak pernah menikmati masa kanak-kanaknya dengan benar karena harus merawat kakaknya sekaligus menjadi kepala keluarga bagi kakaknya.
Seperti kebanyakan K-drama yang sedang tren belakangan ini, kedua sejoli tokoh utama memiliki sekelumit kisah di masa kecil lalu dipertemukan kembali saat dewasa. Saling mencintai namun terbentur dengan keadaan masing-masing, hingga akhirnya menemukan solusi sehingga bisa bersatu.
Kisah menariknya, pembunuh ibu Moon gang-tae adalah ibu Ko Moon-young. Namun karena tema yang diambil adalah mental illness akibat masa kanak-kanakkedua ketiga tokoh utama, dan bukan tema pembunuh berdarah dingin, jadi kisah ini tidak dikupas secara mendalam.
Namun sayang, ibu yang merupakan orang tua satu-satunya itu meninggal akibat dibunuh. Mau tidak mau, Moon Gang-tae harus tumbuh dewasa lebih cepat dari seharusnya. Ia tak pernah menikmati masa kanak-kanaknya dengan benar karena harus merawat kakaknya sekaligus menjadi kepala keluarga bagi kakaknya.
Seperti kebanyakan K-drama yang sedang tren belakangan ini, kedua sejoli tokoh utama memiliki sekelumit kisah di masa kecil lalu dipertemukan kembali saat dewasa. Saling mencintai namun terbentur dengan keadaan masing-masing, hingga akhirnya menemukan solusi sehingga bisa bersatu.
Kisah menariknya, pembunuh ibu Moon gang-tae adalah ibu Ko Moon-young. Namun karena tema yang diambil adalah mental illness akibat masa kanak-kanak
Endingnya pun seperti biasanya, bagaimana keduanya akhirnya berkompromi dengan keadaan dan memilih untuk hidup bersama.
Pesan Moral
Yang menjadi catatan kecil adalah, sebagai orang tua terkadang kita sering mengabaikan bagaimana kita bertutur kepada anak-anak kita. Apakah ucapan itu akan menjadi pengoyak mentalnya hingga dewasa.Seperti dicontohkan dalam drama ini, bagaimana ibu Ko Moon-young yang selalu mendekte anaknya hingga ia tak punya teman dan anti sosial. Atau bagaimana perkataan ibu Moon Gang-tae yang seolah melahirkannya hanya untuk menjadi penjaga kakaknya, dimana untuk anak sekecil itu dapat saja terluka karena merasa tidak diinginkan secara utuh.
Padahal sebagai ibu, tentu bukan maksud beliau pilih kasih, hanya saja keadaan anak sulungnya yang serba terbatas membuatnya harus “ada” lebih daripada Gang-tae yang normal dan dirasa bisa mandiri. Dari kasus ini, kadang sebagai orang tua kita tak bermaksud melukai anak kita, hanya saja terkadang akan menjadi salah presepsi bagi pemikiran seorang anak kecil jika kita abai dalam pengucapannya. Karena akupun pernah merasa demikian. Hehe.
Padahal sebagai ibu, tentu bukan maksud beliau pilih kasih, hanya saja keadaan anak sulungnya yang serba terbatas membuatnya harus “ada” lebih daripada Gang-tae yang normal dan dirasa bisa mandiri. Dari kasus ini, kadang sebagai orang tua kita tak bermaksud melukai anak kita, hanya saja terkadang akan menjadi salah presepsi bagi pemikiran seorang anak kecil jika kita abai dalam pengucapannya. Karena akupun pernah merasa demikian. Hehe.
Detail Drama
- Judul Asli: 사이코 지만 괜찮아 (baca: saiko jiman kwaenchana)
- Judul Translated: Psycho But It’s Okay / It’s Okay to Not Be Okay
- Genre: Romantis , Fantasi
- Sutradara: Park Shin Woo
- Produser: –
- Penulis Naskah: Jo Yong
- Rumah Produksi: Studio Dragon, Story TV, Gold Medalist
- Channel TV: tVN
- Jumlah Episode: 16 Episode
- Masa Tayang: 20 Juni 2020 – 9 Agustus 2020
Pemeran Utama:
- Kim Soo Hyun as Moon Gang Tae
- Seo Ye Ji as Ko Moon Young
- Oh Jung Se as Moon Sang Tae (kakak Moon Gang-tae)
Pemeran Pendukung:
- Park Gyu Young as Nam Joo Ri
- Kim Chang Wan as Oh Ji Wang
- Kim Mi Kyung as Kang Soon Duk
- Jang Young Nam as Park Haeng
- Jang Kyu Ri as Sun Byul
- Seo Joon as Kwon Min Suk
- Choi Woo Sung as Oh Cha Yong
Jangan lupa tinggalin kesan-kesan kalian bagi yang sudah nonton drama ini. Yang belum nonton juga boleh ninggalin jejaknya ya.
Jangan lupa bahagia!
안녕!