Menuntun Cita-Cita Ananda Bersama ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
“Tak lolos bukan berarti tak layak, percaya saja bahwa kehendak-Nya pasti skenario terbaik!”
Kalimat
sejuk yang meneduhkan hati kami yang sedikit gusar kala itu. Iya, keinginan anak sulung
saya untuk menekuni dunia coding di SMK IT untuk kelas rekayasa perangkat lunak impiannya, terpaksa kandas lantaran PIN untuk pendaftaran sekolah jenjang menengah atas miliknya tidak
bisa digunakan akibat miss informasi.
Pendaftaran Sekolah yang Bikin Emak Pusing
Bertepatan
dengan Indonesia yang dinyatakan sudah memasuki masa endemis pasca “horor”
selama dua tahun lebih, anak sulung saya juga memasuki bangku sekolah menengah
atas. Di waktu yang sama, sistem pendaftaran untuk jenjang menengah atas ini diberlakukan
sistem online yang masing-masing provinsi memiliki sistem dan aturan yang tidak
sama.
Kebetulan
provinsi di sekolah pilihan anak saya memberlakukan beberapa tahapan
pendaftaran. Di antaranya, tahap pra-pendaftaran untuk mendapatkan nomor PIN
guna melakukan pendaftaran di tahap berikutnya. Masalah pun muncul secara
bertubi-tubi karena posisi tempat tinggal kami yang masih berbeda provinsi,
bahkan pulau.
Iya, sepuluh
tahun terakhir ini kami tinggal di pulau Bali, tanah Dewata yang menorehkan
banyak cerita dan berjuta pengalaman hidup bagi saya. Setelah dua tahun
terakhir babak belur, terpontang-panting dalam teruknya kondisi ekonomi semasa pandemi
yang aduhai. Dengan berbagai pertimbangan, kami memutuskan untuk pulang ke
kampung halaman tempat tinggal saya sewaktu kecil, di rumah ibunda saya.
Singkat
cerita, kami “terjebak” dengan sistem baru pendaftaran sekolah secara online
yang harus kami maklumi adanya banyak kekurangan karena memang baru pertama kali. Ya
namanya juga baru pertama kali, mau tidak mau harus maklum kan, ya? Meski saya
cukup dibuat “gemas” dengan berbagai miss teknis, miss informasi,
dan miss-miss cantik yang lainnya.
PIN
pendaftaran milik anak sulung saya dinyatakan tidak bisa digunakan untuk
mendaftar karena ditolak oleh sistem. Bahkan saya pun sempat dinyinyirin
oleh salah satu petinggi di sekolah impian anak saya tersebut terkait kesalahan
kami dalam memilih jalur-jalur pendaftaran yang tersedia, yang walaupun sudah
saya sanggah karena terbatasnya pilihan yang ada serta deskripsi yang ambigu yang
menurut saya tidak mewakili posisi kami.
Tapi apa pun itu, kami tetap harus menerima kenyataan bahwa anak saya tidak bisa melakukan
pendaftaran di sekolah impiannya tersebut. Terlebih kuota untuk kelas perangkat
lunak ternyata sangat terbatas dan sudah diisi oleh calon siswa dengan nilai prestasi
akademik yang lebih tinggi dibanding nilai anak saya. Sedangkan untuk kelas
jurusan lain, anak saya tidak berminat.
Kami pun dianjurkan
untuk mendaftar ke sekolah swasta karena dengan PIN “error” tersebut sudah
dipastikan anak saya tidak dapat mendaftar ke sekolah negeri mana pun yang nota
bene penerimaan siswa baru wajib menggunakan sistem online. Beruntungnya kami tak
sendiri, banyak calon siswa menengah atas yang mengalami hal serupa dengan anak
saya sehingga dibuka lah pendaftaran secara offline bagi sekolah yang
masih belum terpenuhi kuota peserta didiknya. Dengan kata lain, kami diberi
kesempatan untuk mendaftar ke sekolah SMA/SMK negeri yang kurang diminati alias
dianggap memiliki rating prestasi rendah.
Meski awalnya saya sempat ngomel perihal anak saya yang setiap hari main gawai terus-terusan pasca dua tahun sekolah secara daring, sehingga menyebabkan semesta murka dan menyulitkan proses pendaftaran sekolah ini sejak awal, namun sisi batin saya yang lain mengharuskan saya untuk berpikir lebih luas, lebih panjang, lebih legowo. Bahwa selain ada murka semesta, pasti ada rencana-Nya yang terbaik.
Akhirnya kami pun memutuskan untuk memilih SMA umum, karena tidak ada SMK IT dengan kelas rekayasa perangkat lunak yang terjangkau jaraknya dari tempat tinggal kami. Bersyukur proses pendaftaran secara offline di sekolah yang baru
ini berjalan tanpa drama. Terlebih lagi, adik ipar saya yang juga bersekolah di sekolah tersebut menjadi
salah satu petinggi OSIS dan turut serta menjadi bagian dari panitia penerimaan siswa baru di
sekolahnya. Sehingga info mengenai pendaftaran dan segala tetek bengeknya tidak sampai terulang miss kembali.
Percaya lah Rencana Allah Pasti yang Terbaik!
Alih-alih
minder karena bersekolah di sekolah yang masih dianggap kurang prestise oleh
sebagian besar warga tempat tinggal kami, maklum kami memang tinggal di kampung
yang we know lah, hehe. Anak sulung saya justru menemukan banyak
pengalaman menyenangkan. Di antaranya bisa bergabung menjadi anggota OSIS yang
bisa jadi justru tak akan bisa ia cicipi jika bersekolah di sekolah bergengsi. Pun embel-embel nama tantenya yang cukup populer lantaran statusnya sebagai salah satu petinggi OSIS, ternyata mampu menggeret namanya ikut-ikutan populer.
Ya walaupun
hal receh tersebut tak begitu penting untuk dibanggakan juga sih, setidaknya saya tahu bahwa dia nyaman dengan lingkungan sekolahnya. Karena bagaimana pun, kenyamanan itu menjadi
perihal yang cukup vital dalam proses belajarnya, bukan?
Dari sekelebat
pengamatan saya saat menghadiri rapat wali siswa, sekolah tersebut pun saat ini
sedang dalam proses peningkatan mutu, baik dari segi akademis maupun
non-akademis. Terlihat progress beberapa tahun terakhir yang mengalami
peningkatan prestasi dari berbagai ekstra kurikuler.
Sebelumnya,
saat menemani anak saya melakukan daftar ulang yang mewajibkan orang tua turut hadir, kami sempat mengobrol dengan salah satu guru di sekolah tersebut. Anak saya
pun sempat mengutarakan keinginannya untuk belajar coding saat ditanya cita-citanya,
hal itu bahkan disambut hangat oleh guru tersebut meski sekolah yang ia bina berkategori umum, bukan sekolah kejuruan.
Dengan penuturan
yang santun, beliau juga menginfokan bahwa sekolah akan memfasilitasi jika ada siswa
yang berminat dengan bidang tersebut, karena saat ini sekolah juga memiliki guru
yang mumpuni di bidang IT, baik software maupun hardware. Dalam obrolan hangat yang tak lama itu, ada kalimat
bijak dari guru paruh baya tersebut yang membuat saya tergetar. Begini sepenggal
obrolan kami kala itu:
“Ananda
cita-citanya apa?” pertanyaan guru tersebut memulai obrolan.
Kami menyambutnya
dengan tersenyum diiringi dengan kegugupan anak saya dalam menyampaikan jawabannya.
Kelemahan dalam kecakapan berkomunikasi ini terkadang saya anggap sebagai efek
minus yang muncul akibat pembelajaran jarak jauh yang berlangsung cukup lama.
“Katanya
ingin belajar software, Pak,” jawab saya dengan maksud untuk mem-boosting
kepercayaan dirinya berbicara. Diikuti dengan anggukan anak saya yang kemudian berhasil
mengutarakan beberapa keinginannya.
“Apa Ananda
sudah mengutarakan keinginan itu ke ibu dan ayah?” begitu pertanyaan dari guru
tersebut berikutnya. Anak saya menggeleng sambil tersenyum malu-malu.
“Nah, gini
ya Ananda, jangan malu atau takut untuk mengutarakan cita-citanya atau keinginannya ke ibu dan ayah. Kalau tidak matur *(bilang) gimana ayah dan ibu tahu keinginan
Ananda. Betul nggak?” ucap guru tersebut.
Anak saya
menganggut-anggut dengan senyuman yang tersipu. Saya pun hanya bisa tersenyum menemani
obrolan mereka.
“Kalau pun
ayah dan ibu tidak merestui misalnya, ayah dan ibu punya pilihan lain misalnya,
tetap lakukan yang terbaik. Karena masa depan, rezeki, pekerjaan kita nanti, kita tidak pernah tahu.
Percaya, Allah pasti punya cara sendiri untuk mewujudkan cita-cita yang terbaik
untuk kita. Lak ngoten nggih, Bu?” lanjutnya sambil melemparkan
pandangan ke arah saya.
Saya pun menjawabnya dengan anggukan dan senyuman yang belum sempat berhenti sedari tadi. Hingga sekelebat muncul bayangan sinis dengan nyinyiran pedas yang pernah dilontarkan salah satu oknum petinggi sekolah lain sebelumnya karena kesalahan saya saat memilih jalur pendaftaran kala itu. *ah.
Saya yakin, Allah yang mengatur semua ini. Anak saya ditempatkan di sekolah
yang paling tepat untuknya. Tak hanya dapat membuatnya nyaman, namun juga menemukan guru yang memiliki
kesantunan dalam pengajaran yang bijak.
ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400
Hadir untuk Menuntun Cita-CitaASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400), sumber: ASUS
Bak gayung
bersambut, sekolah tempat anak sulung saya menimba ilmu itu mengumumkan bahwa ekstra
kurikuler “Programmer” akan dibuka secara resmi mulai tahun ajaran ini. Tuh kan
bener, Allah selalu punya cara. Ya meskipun ilmu yang akan dibagi mungkin tak
akan sebanyak jika bersekolah di kejuruan IT. At least, anak saya berkesempatan
mempelajari dasar-dasarnya dan mungkin mengobati rasa penasarannya tentang “kemegahan”
ilmu coding yang ia bayangkan selama ini.
Nah, yang
namanya belajar IT perangkat lunak, tentu saja membutuhkan peranti digital untuk
menunjang pembelajarannya. Apa lagi kalau bukan komputer atau laptop. Kalau komputer,
kelemahannya pasti ribet dibawa-bawa ke sekolahan, ya kan? Dan pastinya, laptop menjadi pilihan bijak yang paling tepat untuk mendukung pembelajaran terkait koding-koding
yang njelimetnya sungguh sesuatu itu.
Sumber: ASUS |
Setelah mencari
informasi sana-sini perkara laptop dengan spek yang mumpuni untuk keperluan belajar seluk
beluk software dan coding, nemu dong satu laptop yang spesifikasinya super worth dengan harga yang lebih bersahabat. Siapa lagi kalau bukan ASUS
Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yang baru dirilis 18 Agustus 2022 lalu.
Sebagai emak-emak yang mengaku blogger, demi menunjang kegiatan di blog seperti menulis artikel dan sedikit editing foto untuk keperluan mempercantik tampilan artikel di blog, saya sendiri sudah menggunakan laptop ASUS dari dulu. Memang sih laptop ASUS yang saya gunakan masih yang low-budget atau sering disebut entry level, meski harapannya bisa punya laptop ASUS yang lebih “greng” untuk menunjang kegiatan blogging.
Tapi Alhamdulillah,
laptop ASUS A407MA milik saya ini masih cukup bisa diandalkan dan setia menemani segala keriwehan saat
berkutat dengan DL. *(Ketahuan nih jadi pasukan EMD alias emak-emak mepet detlen).
Namun untuk keperluan belajar coding, tentu saja akan membutuhkan laptop
yang lebih “garang” seperti ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400).
Fitur & Keunggulan ASUS
Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
Membaca dari
laman resmi ASUS, zencreator.id, dan juga review beberapa blogger senior
seperti travelerien.com, hadirnya ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini adalah
untuk menjawab tingginya permintaan pasar akan laptop sehari-hari yang lebih
bertenaga.
Sebagai bagian dari generasi melek digital yang tentu saja terpacu bersaing untuk lebih kreatif, ditambah era new normal yang membuat kita terbiasa work from anywhere, membuat kita butuh sebuah device yang mampu diajak “bekerja” lebih efektif dan efisien. Kalau laptopnya berat dan baterainya cepet habis, memang agak bikin geregetan sih ya. Nah, ASUS ingin mewujudkan harapan kita akan peranti digital yang ringan, ringkas, dan powerful dalam Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini.
sumber data: ASUS |
“Laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 hadir dengan ditenagai AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang memiliki full powerful performance core untuk multitasking bahkan video editing. Selain powerful, prosesor ini memberikan daya baterai lebih awet sehingga produktivitas harian semakin maksimal. Dilengkapi dengan kartu grafis integrasi AMD Radeon yang memberikan performa gaming yang tanpa lag. Produktivitas harian dimanapun dan kapanpun jadi maksimal dengan performa prosesor dan kartu grafis dari AMD ini.”
sumber: press release ASUS |
Dilihat dari
nama serinya “book” yang berarti menyasar segmen pengguna dengan mobilitas
tinggi, Vivobook Pro 14 OLED M3400 tentu juga menyasar kalangan mobiling yang dinamis sehingga pasti butuh perangkat yang thin & light. Dengan bobot laptop yang hanya 1,4 kilogram serta
ketebalan hanya 18,9 mm, sudah bisa dibayangin dong gimana ringan dan ringkasnya
laptop ini saat dibawa-bawa. *Ah, jadi keinget kenangan saat menjadi
karyawan yang harus menggendong 2 laptop berat sekaligus saat meeting keluar
kantor bareng boss.
Laptop yang ringan dengan keyboard ASUS ErgoSense untuk kemudahan pengguna, sumber: ASUS |
Seiring bertambahnya kebutuhan pengguna akan performa sebuah perangkat laptop, ASUS pun kali ini membenamkan AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang sering digunakan laptop gaming pada seri laptop "book" besutannya, Vivobook Pro 14 OLED (M3400). Dengan perpaduan dinamis ini, diyakini kehadiran Vivobook Pro 14 OLED (M3400) mampu meningkatkan produktivitas para penggunanya. Prosesor yang konon garang ini disebut-sebut memiliki 8 core serta mampu menjalankan 16 thread sekaligus dengan kapasitas cache hingga 20Mb.
H- series merupakan seri High Performance yang tentu saja membutuhkan daya yang lebih besar. Itu sebabnya laptop Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini juga tak lupa dibekali dengan baterai yang lebih awet dengan daya 50 Watt-hours yang kira-kira bisa digunakan beroperasi sekitar 8 jam 15 menit. Cukup lah ya untuk jam kerja normal kita yang 8 jam, masih ada sisa 15 menit untuk nyari colokan buat menambah daya kembali.Masih urusan dapur pacu, ASUS Vivobook Pro 14 OLED
(M3400) didukung memory hingga 16 GB DDR4 (dari pilihan 8GB & 16GB).
Kebayang dong gimana melesatnya kinerja laptop dengan kapasitas RAM segede itu.
Belum lagi storage SSD tipe M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 segede 512GB. Sip banget kan
buat nyimpen foto-foto mantan saat traveling atau kulineran?
Tak hanya unggul dengan urusan dapur pacu yang andal,
ASUS Vivobook Pro 14 OLED M3400 juga mampu memberi kita pengalaman visual
terbaik dari suguhan layar ASUS OLED 14 inch beresolusi 2.8K dengan rasio 16:10.
Selain sudut pandang yang lebih leluasa tersebut, layar display juga sudah Pantone
Validated dengan VESA HDR True Black yang pasti cakep banget buat urusan desain
mendesain juga multimedia. Nggak cuma cakep nih Bestie, dengan mengantongi TÜV Rheinland Certificate anti-flicker dan low blue light, membuat
mata kita nyaman dan tak mudah lelah saat bekerja di depan layar selama
berjam-jam sehingga kesehatan mata kita pun lebih terjaga.
Oiya, untuk mendukung kebutuhan koneksi jaringan internet, Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini sudah dibekali Wi-Fi 6 yang tidak perlu diragukan lagi kekencangannya. Hari gini ya, pasti sebel banget kalau koneksi internetnya bikin baper. Apalagi yang kegiatan sehari-harinya harus berkutat dengan online meeting atau mengharuskan live streaming. Hmmm, kelar.
Ngomongin live
streaming dan meeting online, sudah pasti urusannya dengan kamera yang
akan menyorot kecantikan make-up paripurna kita. Saya sih tipe yang suka
sembunyi di balik kamera offline, karena kamera laptop saya saat ini belum bisa
diajak show off warna gincu terbaru *halah. Tapi tenang Bestie! Laptop keluaran ASUS yang worth to buy ini sudah dibekali kamera beresolusi
720p HD dengan privacy shutter atau penutup kamera yang cukup digeser.
Pilihan warna cosmos blue, sumber: ASUS |
Soal tampilannya, hmmm, mewakili selera saya banget sih ini. Simple tapi elegan. Beuhhh, dalem banget nggak tuh saya. Tumben banget bisa gitu. Di Vivobook seri M3400 ini, ASUS menyuguhkan 2 pilihan warna cakep yaitu cosmos blue dan solar silver yang ada sirat-sirat warna biru cakep gitu. Tak lupa aksen garis-garis khas Pro series untuk menambah kesan elegannya. Dari dua pilihan warna itu, saya sih sudah pasti jatuh cinta sama solar silvernya, meskipun warna cosmos blue juga cakep. *Ah, seperti milih antara Lee Min-ho dan Lee Jong-suk sih ini mah. Cakep jamaah.
Fitur cakep lainnya antara lain:
- Hadirnya finger-print button yang jadi satu dengan tombol power, membuat proses login menggunakan biometric sensor sidik jari menjadi lebih praktis dan cepat.
- Audio berteknologi AI Noise Cancelling yang dapat meredam suara bising saat conference call/meeting online
- Keyboard ASUS ErgoSense yang diimbangi dengan touchpad yang lebih luas serta fitur backlit pada keyboard semakin membuat pengguna nyaman saat mengetik bahkan dalam kondisi minim cahaya
- Dual fan ASUS IceCool Plus yang unik, diklaim mampu meningkatkan aliran udara 16% lebih baik sehingga kinerja Vivobook Pro 14 OLED (M3400) dapat selalu optimal.
sumber foto: asus.com |
Namun dengan segudang keunggulan fitur yang ditawarkan itu, pasti ada harga yang tak kecil dong? Hmm, ya untuk ukuran dompet saya pasca terambyar-ambyar pandemi sih harga ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini nggak bisa saya bilang murah. Saya akui itu. Tapi....
Dengan banderol harga 11-12 jutaan sudah bisa dapet laptop yang ringan dan powerfull yang enteng dibawa jalan dan bisa diajak kerja di mana aja sih ya worth it lah. Setuju nggak nih, Bestie?
안녕!
______________
*Sumber referensi:
www.travelerien.comzencreator.id
www.asus.com
Bu kalo ada petinggi sekolah merespon dengan nyinyir artinya mereka tidak prof ya
ya kan lebih baik merespons tanpa nyinyir, yakan pak? hehe, pa kabar bang D?
Alhamdulillah baik bu