Jangan Menikah dengan Orang Narsis! Ini Alasannya
Belakangan ini netizen sejagat maya ramai-ramai memperbincangkan tentang “Marry is Scary”. Tentu saja pemicunya adalah banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang blow-up di media sosial, termasuk kekerasan rumah tangga berbentuk verbal oleh pasangan dengan gangguan NPD (Narcissistic Personality Disorder) alias Narsis brutal. Tapi bener nggak sih, menikah semengerikan itu? Gimana menurutmu, Temans?
Materi seputar NPD yang menurut saya sangat bagus ini, saya dapatkan saat menghadiri kegiatan #KEBIntimate bertajuk Break the Silence yang diselenggarakan Komunitas Emak Blogger (KEB) berkolaborasi dengan Mbak Kartika Soeminar yang merupakan NPD abuse survivor selama 23 tahun. Hmmm… kalau kata netijen, well gak tuh?
Acara yang bertempat di Sanur Resort Watujimbar pada Sabtu 28 September 2024 lalu itu, juga dihadiri oleh Dra. Retno IG Kusuma, M.Kes, Psikolog Kepeminatan Klinis. So, jangan lewatkan pembahasan kali ini ya, Dear.
Ciri-ciri orang dengan NPD (Narcissistic Personality Disorder)
Buat yang belum tahu, Narcissistic Personality Disorder atau biasa disingkat NPD adalah gangguan kepribadian #narcisstic yang berlebihan. Selain adanya faktor genetik, menurut dokter Retno juga bisa disebabkan oleh pola asuh maupun korban orang tua yang NPD. Contoh, anak yang memiliki kondisi sering tantrum jika meminta sesuatu, lalu kemudian selalu diturutin oleh orang tua atau orang yang mengasuhnya (misal nenek), ternyata bisa membentuk kepribadian NPD di kemudian hari, loh. Buruknya lagi, NPD ini juga kerap tumbuh dari rantai warisan secara turun temurun.
Namun hal yang paling terburuknya adalah, orang dengan gangguan kepribadian narsis berlebihan atau NPD ini biasanya cenderung tidak menyadari dan tidak mau menyadari kondisinya. Kenapa? Jangankan mau menyadari kondisinya yang “pesakitan”, menyadari kalau dirinya melakukan kesalahan saja rasanya hampir mustahil. Hal itu karena orang dengan NPD ini selalu merasa dirinya maha benar.
Gimana, nih Temans. Mulai ada pandangan siapa orang di sekitarmu yang memiliki NPD? Eitsss, menurut penjelasan dokter Retno, setiap dari kita pasti memiliki jiwa narsisme, loh. Namun, level NPD ini terbagi menjadi 4 tingkatan, mulai dari tendensi yang rendah hingga berat. Biasanya, seseorang bisa dikatakan menderita NPD jika memiliki tendensi sedang hingga berat. Yuk cek berapa nilai tendensi NPD Temans atau pasangan, dan cek juga apakah memiliki ciri-ciri penderita NPD (Narcissistic Personality Disorder) di bawah ini.
Tes skor tingkat NPD |
Ciri-ciri NPD (Narcissistic Personality Disorder)
Di bawah ini adalah beberapa ciri umum yang bisa kita kenali pada orang dengan kepribadian NPD:
- Love Bomb atau sering sekali memberikan pasangannya kasih sayang yang berlebihan, namun sesungguhnya ini hanya kamuflase semata.
- Selalu membutuhkan pujian dari orang-orang sekitarnya sebagai bentuk validasi
- Selalu merasa lebih tinggi (superior) dari orang lain
- Tidak merasa bersalah, kalau pun meminta maaf biasanya hanya manipulatif saja dan akan selalu diulang
- Nir-empati terhadap orang lain
- Sangat egois hingga rela memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadinya
- Sering bicara tentang hal yang muluk-muluk padahal realitanya tidak demikian. Bahkan, orang NPD juga kerap mengkhayal tentang kesuksesan dan kekuasaan, kesempurnaan, dan pasangan yang sempurna.
Ciri-ciri di atas juga dibenarkan oleh Kartika Soeminar yang selama 23 tahun tahun hidup berdampingan dengan pria penderita NPD. Menurut penuturannya, awalnya beliau tidak mengetahui dan tidak menyadari jika pria yang dulu menjadi suaminya tersebut adalah penderita NPD. Namun berkat teman-teman di sekitarnya, juga dari membaca beberapa buku tentang Narcissistic Personality Disorder ini, wanita yang akrab disapa Mbak Kartika ini pun mulai tersadar bahwa hubungan pernikahannya memang cenderung tidak sehat dan toxic.
Pada kesempatan manis Sabtu kemarin, Kartika Soeminar menceritakan secara garis besar tentang kisah pilu yang pernah dihadapinya saat menjadi pasangan seorang NPD yang kebetulan berkebangsaan asing. Singkat cerita, mantan suaminya yang bisa disebut bule ini memilih untuk menjadi bapak rumah tangga alias menganggur. Sehingga, tulang punggung keluarga menjadi tugas Mbak Kartika dong. Namun yang terjadi, pria bule NPD ini justru kerap sekali mempermalukan Mbak Kartika di hadapan kolega bahkan di tempat umum dengan kata-kata kasar dan hinaan.
Kekerasan verbal yang terus berulang selama 23 tahun ini benar-benar menguras energi dan merusak mental Kartika Soeminar. Selama 23 tahun beliau terus berjuang dan bertahan, berharap pasangan hidupnya tersebut akan berubah. Kebayang nggak sih gimana sakit dan lelah jiwanya? Sayangnya hasilnya nihil. Kartika Soeminar justru semakin hancur. Luka batin yang selama ini mengendap menggerogoti mentalnya. Hingga puncaknya pada sekitar bulan September tahun 2023. Mbak Kartika harus dirawat di rumah sakit selama 3 hari tanpa penyakit klinis. Saat itulah beliau menyadari bahwa mentalnya sudah hancur, like a #BrokenButUnbroken.
Namun kejadian itu menjadi titik baliknya. Beliau mengambil langkah besar untuk mengakhiri pernikahannya dengan bule NPD tersebut. Apakah semudah itu? Tentu saja tidak. Menurut ceritanya dalam #KartikaSoeminarStory , orang dengan NPD tentu tidak akan bisa menerima kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan. Karena dalam pemikiran orang NPD, dirinya adalah orang yang paling dibutuhkan. Sehingga Mbak Kartika harus memperjuangkan kesehatan mentalnya kembali lantaran mantan suaminya menyebarkan fitnah atas dirinya yang dianggap sebagai orang jahat.
So, di kesempatan baik ini, Kartika Soeminar ingin mengajak kita para perempuan untuk mengkampanyekan agar tidak sampai terjebak dalam hubungan bersama orang NPD. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang #NPDAwareness maka rantai korban NPD yang juga dapat memicu penderita NPD berikutnya bisa terputus.
Berdasarkan pengalaman pahitnya tersebut juga, Kartika Soeminar ingin mengedukasi para wanita korban suami NPD agar lebih aware dengan kesehatan jiwanya. Tetaplah menjadi wanita yang bahagia karena anak-anak kita butuh ibu yang bahagia ketimbang menyaksikan hubungan ayah bundanya yang tidak sehat. Temans juga bisa membaca tulisan saya lainnya tentang pentingnya self-love.
Cara menghadapi orang NPD
Baik Mbak Kartika maupun dokter Retno sepakat bahwa cara terbaik menghadapi orang dengan NPD adalah dengan bersikap masa bodo atau tidak menuruti skenario dia. Menghindari berkomunikasi dengan mantan suaminya yang mengidap NPD juga menjadi salah satu strategi Mbak kartika. Baginya “Damai itu Mahal”, sehingga Mbak Kartika juga memilih untuk menghindari pertengkaran.
Pesan dokter Retno sebagai Psikolog, jika salah satu dari teman-teman yang membaca ini kebetulan sedang berada di lingkaran teman atau pasangan yang menderita NPD, ada baiknya mengingatkan orang tersebut terlebih dulu, meskipun itu akan sulit. Namun jika Temans sudah kerap mengalami perlakuan emosi yang buruk dari orang NPD tersebut, sebaiknya tinggalkan.
Orang dengan NPD (Narcissistic Personality Disorder) cenderung anti kritik dan saran, bukan tugas kita untuk merubah atau menyembuhkan mereka. Kita tak akan pernah bisa merubah orang lain kecuali Tuhan dan diri mereka sendiri.
Tidak bisa dipungkiri, bagi sebagian orang menganggap perceraian adalah suatu hal yang buruk. Meskipun dalam kasus seperti ini, berhasil lepas dari pasangan NPD merupakan suatu hal yang patut dirayakan. Dokter Retno juga memberi tips bagi korban NPD terutama istri jika ingin berpisah dengan suami NPD, yaitu dengan menguatkan finansialnya terlebih dahulu. Entah dengan bekerja, atau mengumpulkan aset yang menjadi haknya selama pernikahan.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan bagi Temans yang terlanjur terjebak dalam pernikahan bersama orang penderita NPD namun belum atau tidak bisa memilih jalan perpisahan.
1. Membangun Kesadaran
Penting sekali untuk memiliki kesadaran yang tinggi. Maksudnya begini, biasanya penderita NPD akan memperlakukan pasangannya dengan kasih sayang yang berlimpah setelah melakukan perlakuan kasar baik secara verbal maupun fisik. Hal seperti inilah yang biasanya menjadi jebakan untuk korban sehingga selalu memaafkan dan sulit melepaskan. Jadi jangan terlena ya Dear.
2. Social Support
Memiliki komunitas dan dukungan sosial yang positif akan sangat membantu. Terlebih jika mampu berdaya secara finansial. Saat korban memiliki kemampuan untuk menjadi mandiri, maka akan lebih menguatkannya untuk tidak memperdulikan apa pun yang dilakukan oleh pasangannya yang NPD.
3. Terapi Pemulihan
Psikoterapi sangat berguna untuk tetap menjaga kewarasan. Dokter Retno juga bercerita bahwa salah satu pasiennya dengan kondisi yang tidak dapat bercerai dari pasangan NPD selalu melakukan Psikoterapi ini untuk tetap waras.
4. Konsultasi dengan Psikolog
Sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional (psikolog/psikiater), maupun pendampingan bersama komunitas terkait. Menurut penuturan Mbak kartika, jika tak mampu atau tak ingin berkonsultasi ke tenaga profesional, korban bisa menulis jurnal untuk sedikit meringankan beban mentalnya. Namun, bagaimana pun tenaga profesional akan lebih dapat melihat gejala psikis yang dialami korban agar mendapat penanganan terbaik.
Kesimpulan
Setiap wanita berhak untuk dicintai dan dihargai, tidak ada yang berhak menyakitimu kecuali atas izinmu. Jangan terkecoh dengan bomb kasih sayang yang mereka berikan secara ugal-ugalan, karena hal tersebut hanya untuk menutupi topeng NPD-nya. Jadi Temans, jika pasanganmu memiliki ciri-ciri NPD di atas, ada baiknya untuk mempertimbangkan hubungan tersebut sebelum terlambat.
Perlu diingat juga, penderita NPD tidak selalu melakukan kekerasan fisik atau KDRT, namun segala perlakuan verbal yang dilakukannya kepada pasangan dapat merusak kehidupan pasangannya hingga benar-benar hancur.
Anyway, dengan banyaknya kejadian rumah tangga yang memilukan ini, bukan berarti Marry is Scary, ya. Menikah itu bagian dari ibadah panjang, yang perlu kita lakukan adalah memilih pasangan yang tepat. Pepatah Jawa mengatakan untuk mempertimbangkan Bibit-Bebet-Bobot saat mencari pasangan yang ideal, percayalah itu bukan hanya mitos atau bualan para leluhur. Bahkan dalam agama pun diajarkan demikian, bukan?
Well, tetaplah sehat dan bahagia, ya Temans!
Salam.
Pernikahan pertamaku gagal krn nikah ama cowo tipe begitu. Padahal dr zaman pacaran seharusnya aku udh sadar dia NPD. Tapi memang orang begini pinter banget menutupi kondisi dia di awal.
Pas pacaran memang perhatian bangettt, seolah cinta mati ama pasangannya. Trus pelan2 jadi posesif. Aku kalo jalan ama dia, ga boleh lihat depan mba, hrs nunduk. Alasannya supaya ga lihat 'cowok cakep' lain. Pernah pas naik motor aku lihatnya ke sisi sebelah, pas sampe rumah dia marah. Kliatan dr spion aku ngeliat cowo di jalanan trotoar yg kami lewatin 😅. Orang gila memang.
Ntah kenapa kok ya malah nikah. Makin parah tuh. Apalagi pas aku lanjut kuliah di malaysia. Dia nelpon aku hrs jawab di deringan pertama, maksimal deringan kedua. Kalo lbh dr itu, bakal dimaki2 dan seenaknya nuduh aku lg ama cowo lain. Pdhl aku lagi ujian saat itu.
Puncaknya sih pas dia salah kirim SMS ke selingkuhannya. Itupun msh ngeles, katanya yg salah aku, siapa suruh lanjut kuliah ninggalin dia. Jadinya dia kesepian…
Turut prihatin mb Fanny, kayaknya perlu jadi 1 artikel blog tuh :)
Gak bisa berkiti-kiti aku Mba, semoga hidupmu lebih bahagia lagi setelah ini ya Mba, peluk dari jauh *bighug
fokus pada ciri2 NPD di atas, khawatir saya mengidapnya hehe. Nice post mb. Btw pa kabar nih
Alhamdulillah baik, sehat, dan tambah cantik (ehhhhhhh). Mengidap ciri2 yang mana nih Bapak? Jangan2 istrinya disuruh nunduk juga kalo jalan (suruh nyari uang koin jatuh wkwkw). Btw makasih udah mampir, saya malah belum sempet silaturahmi ke mana2 ini hehe...
Saya juga baru2 aja lagi blog walking, kangen juga baca2 blog teman2
Alhamdulillah selalu sehat ya